Posted by Tips ,Trick & Fakta Unik
Sudah dua pekan pencarian pesawat Malaysia Airlines penerbangan MH370
yang hilang belum juga menuai hasil. Padahal, 26 negara di dunia telah
mengerahkan sebagian armadanya demi menemukan titik terakhir jatuhnya
pesawat berisi 227 penumpang dan 12 awak tersebut.
Terbatasnya kapasitas yang dimiliki kotak hitam membuat pencarian ini
berpacu dengan waktu. Tidak sedikit pula tenaga dan pikiran para tim
penyelamat dihabiskan meski dipenuhi ketidakpastian.
Kondisi ini menyebabkan munculnya berbagai spekulasi. Mulai dari
dugaan pesawat dibajak, paspor palsu hingga lokasi-lokasi yang diduga
menjadi titik terakhir keberadaan pesawat ini.
Patut diakui, tim penyelamat dari berbagai negara ini merasa
kesulitan untuk mencari lokasi hilangnya pesawat. Berikut 5 alasan
pesawat tersebut belum juga ditemukan hingga kini (Sumber):
1. Area pencarian yang luas
Ditemukannya dua objek asing di tengah Samudera Hindia membuat area
pencarian diperluas. Menteri Transportasi Malaysia Hishammuddin Hussein
mengatakan, wilayah pencarian pesawat Malaysia Airlines MH370 mencapai
3,6 juta kilometer persegi.
DigitalGlobe menggambarkan area tersebut terlalu luas untuk mencari
satu pesawat yang hilang jejaknya sejak 8 Maret lalu. Kondisi ini
membuat misi pencarian terhambat, sehingga menyulitkan armada terdekat
untuk menyisir lokasi.
“Citra yang ditunjukkan satelit ini terlalu luas untuk pencarian real
time tanpa mengetahui posisi untuk memulainya,” ujar Juru Bicara
DigitalGlobe Turner Brinton.
Objek yang tertangkap kamera satelit The WorldView-2 ini
memperlihatkan benda sepanjang 24 meter, dan tampak mengambang di lokasi
dengan kedalaman mencapai ribuan meter. Sementara objek kedua sepanjang
lima meter.
2. Terbawa arus
Pakar Oseanografi dari University of Western Australia, Chari
Pattiaratchi mengatakan, arus di Samudera Hindia cukup ganas. Termasuk
lokasi ditemukan dua objek tersebut dikenal dengan tempat berputarnya
angin kencang dan ombak raksasa.
“Anda mungkin menemukan puing itu di permukaan laut tapi pesawat itu
bisa berada di dasar samudera. Laut itu sangat dalam, sekitar lima
kilometer,” kata dia, seperti dilansir surat kabar Sydney Morning
Herald, Kamis (20/3).
Pattiaratchi memprediksi, puing pesawat yang terbawa dari sekitar dis
sekitar lokasi akan selalu bergerak hingga 1 mil laut setiap satu jam.
Jika dalam 10 hari, maka pergerakan mencapai 300-400 kilometer.
“Jika terus bergerak akan sampai ke selatan Perth atau selatan Australia,” katanya.
3. Tiupan angin kencang sulitkan pencarian
Kecepatan angin di wilayah ini mencapai 28 knot atau 50 km per jam
dalam keadaan normal. Saat berlangsungnya badai, tiupan angin bisa
mencapai 90 knots (166 km per jam).
Namun, kecepatan angin terbesar yang tercatat pernah mencapai 115
knot (212 km per jam). Dalam catatan, tiupan kencang sudah termasuk
dalam kategori topan karena dapat menghancurkan bangunan. Sementara,
kecepatan wajar hanya 35 km per jam saja.
Tak heran jika pencarian yang berlangsung sejak Kamis (20/3) itu
dilakukan setelah cuaca dianggap membaik. Meski, mereka belum memastikan
bahwa temuan tersebut terkait dengan keping pesawat MH370.
“Kemarin (Kamis), kondisi cuaca tidak baik untuk pesawat dalam
melakukan pencarian radar dan kami tidak melihat apapun di sana,” ujat
General Manajer Otoritas Keselamatan Maritim Australia (AMSA), John
Young.
4. Pesawat tenggelam di laut yang dalam
Pakar Oseanografi dari University of Western Australia, Chari
Pattiaratchi mengatakan, arus di Samudera Hindia cukup ganas. Termasuk
lokasi ditemukan dua objek tersebut dikenal dengan tempat berputarnya
angin kencang dan ombak raksasa.
“Anda mungkin menemukan puing itu di permukaan laut tapi pesawat itu
bisa berada di dasar samudera. Laut itu sangat dalam, sekitar lima
kilometer,” kata dia, seperti dilansir surat kabar Sydney Morning
Herald, Kamis (20/3).
Rata-rata kedalaman mencapai 3.890 meter. Titik paling dalam dimiliki
Diamantina Deep, atau sekitar Palung Diamantina yang tercatat mencapai
8.047 meter, serta Palung Sunda dengan kedalaman 7.2587.725 meter.
Bandingkan dengan Palung Laut Banda di Indonesia sedalam 6.500 meter.
5. Potongan besar tak akan mengambang
Steve Wallace, mantan Direktur Penyelidikan Kecelakaan dari Federasi
Penerbangan Amerika Serikat menyebutkan, jika pesawat jatuh ke laut,
potongan besarnya tak akan mengambang.
“Ketika pesawat jatuh menghantam laut, yang kemungkinan mengambang
hanya seperti barang-barang seperti jaket, kursi. Bagian besar pesawat
tak akan mengembang,” jelasnya seperti dilansir CNN.
Sementara seorang fisiologi termal dari Universitas Sydney
Christopher Gordon mengatakan, kemungkinan para penumpang selamat sangat
kecil jika berada di bagian selatan Samudera Hindia. Sebab, perairan di
sana sangat dingin.
“Di dalam air laut yang sangat dingin seseorang akan mengalami hipotermia dalam beberapa menit,” ujarnya.
“Ketika berada di air yang dingin, di bawah lima derajat, perlahan
mereka akan tidak lagi merasa hangat, kehilangan arah dan tidak akan
bertahan dalam waktu yang tidak lama dan kemudian tenggelam.”