Saat ini, Cosplay sendiri di Jepang menyumbangkan sebesar 40 milyar
yen, sehingga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam perekonomian
Jepang. Cosplay di Jepang tidak hanya berkisar di orang-orang yang
berpakaian seperti karakter anime dan game, tetapi juga secara
keseluruhan, yaitu yang berpakaian seperti orang dalam live action film,
serial barat/ komik barat, karakter orisinil, suster, maid, dan
sebagainya. Dapat dibilang bahwa semua yang dikenakan untuk kesenangan
dikategorikan sebagai cosplay di Jepang.
Dengan maraknya cosplay di Jepang, maka apa saja servis yang
ditawarkan untuk para cosplayer di sini, dan dengan adanya lingkungan
yang mendukung, bagaimana cara mereka memanfaatkannya sebaik-baiknya?
Subkultur Cosplay tumbuh secara stabil selama bertahun-tahun
Sebelum tahun 2000, baju cosplay hanya bisa ditemui di toko kostum
biasa, atau bahkan di toko yang menjual Adult Video. Tetapi, segalanya
mulai berubah, dengan adanya toko di Akihabara yang membuka serangkaian
toko spesialis cosplay, dengan tujuan awalnya adalah untuk menarik
perhatian para remaja wanita (khususnya karena Akihabara awalnya
terkenal dengan distrik perbelanjaan untuk para “Nerd”). Dengan adanya
pembukaan toko-toko seperti itu, cosplay makin didukung, sehingga
orang-orang yang berniat untuk cosplay juga dapat mencoba untuk cosplay.
Tidak lama, muncul toko-toko yang mulai memproduksi secara masal
untuk baju-baju cosplay dan aksesoris dari karakter anime yang populer,
dan ada juga toko yang menjual kostum yang dibuat berdasarkan order.
Untuk yang produksi masal, rata-rata harga masih cukup terjangkau (untuk
standar Jepang tentunya) , yaitu sekitar 10.000 yen perkostum.
Sedangkan untuk yang custom-made, harganya bisa sampai lima kali lipat
dari yang biasa, tetapi juga tentunya kualitasnya juga jauh berbeda.
Selain itu juga, terdapat banyak sekali toko online yang menjual
perlengkapan cosplay.
Mulai tahun 2010, diperkenalkanlah konsep Akihabara sebagai kota yang
para orang-orangnya bisa leluasa berjalan sambil mengenakan baju
cosplay. Maka, sekarang ini apabila kita mencoba mengunjungi Akihabara,
kita kerap melihat banyak orang-orang yang berjalan sambil mengenakan
baju Cosplay. Sebagian ada yang memang cosplay untuk sekedar sesi
photoshoot sedikit dengan Kamekonya, ada juga yang memang sekedar untuk
fun. Yang paling sering ditemui adalah coplay para maid, karena sebagian
maid yang cosplay di Akihabara itu adalah maid yang memang bekerja di
maid café dan sedang membagikan selebaran maid café tersebut.
Barang yang harus dimiliki Cosplayer Jepang: Kartu Nama
Untuk para cosplayer, bertukar kartu nama adalah suatu hal yang
penting, sebagai pengingat dengan siapa saja mereka pernah bertemu.
Tetapi untuk para cosplayer aktif yang seringkali cosplay sebagai
berbagai macam karakter, agak sulit bagi mereka untuk mencetak berbagai
versi kartu nama, karena untuk toko-toko biasa biasa pemesanan kartu
nama dalam jumlah sedikit, minimalnya adalah 50 sampai 100 kartu nama.
Untungnya, ada beberapa pembuat kartu nama untuk cosplay, seperti Proof.
Proof
menyediakan paket spesial isi 5 macam, masing-masing 20 kartu, sehingga
totalnya 100 kartu, seharga 2625 yen. Proof memperbolehkan para pemakai
untuk memasukkan foto cosplay mereka dan mengeditnya dengan berbagai
macam pilihan desain untuk frame atau pinggir kartu, sehingga mereka
dapat membuat kartu nama sesuai dengan yang diharapkan. Contoh kartu
nama seperti yang terlihat di bawah.
Sedangkan
untuk latar belakang foto, mereka juga mencari cara bagaimana untuk
dapat menyediakan latar belakang foto yang cocok. Di Jepang ternyata
dianggap kurang sopan untuk cosplay di hadapan publik, kecuali memang
adalah bagian dari pekerjaan atau sedang berada di event cosplay.
Bahkan, tidak diperbolehkan untuk langsung datang ke event mengenakan
baju cosplay, tetapi semuanya harus ganti baju di tempat yang sudah
disediakan. Alasannya adalah untuk bertenggang rasa terhadap orang-orang
biasa dan juga agar tidak mengganggu ketertiban. Maka dari itu, agaknya
cukup sulit bagi para cosplayer untuk menemukan pemandangan yang cocok
dengan seri yang mereka perankan.
Untuk memfasilitasinya, banyak photo studio di Jepang yang memenuhi
kebutuhan para cosplayer, bahkan ada sekitar lebih dari 300 studio di
area metropolitan. Salah satunya adalah
Booty,
yang menyediakan beberapa ruangan dengan tema berbeda. Para cosplayer
perlu memesan waktu beberapa minggu sebelumnya, tetapi mereka bebas
untuk menggunakan berbagai macam area dan mengambil foto. Selain
menyewakan tempat, mereka juga menyediakan penyewaan berbagai macam prop
seperti pedang, pistol dan sebagainya, yang bisa dilihat detailnya di
sini. Sebagian besar disewakan dengan gratis, kecuali tripod.
Berbagai macam area yang disediakan adalah (diambil dari official websitenya) :
- Gothic Area
- Ruin Area
- Lolita Area
- White Area
- Pop Area
- Cyber Area
Pantang menyerah, para cosplayer pun menggunakan internet untuk memperluas jangkauan mereka
Sebagian event-event anime, manga dan doujinshi
melarang cosplay dengan alasan agar tidak ada yang menunjukkan bagian
tubuh secara tidak senonoh. Akan tetapi, para cosplayer tidak menyerah,
untuk bisa berinteraksi dengan cosplayer lain di luar event, ada website
komunitas seperti
Cure, yang bahkan ada website versi Inggris untuk para pengguna internasional.
Cosplayer menjadi Professional
Cosplay semakin mendunia, sehingga pangsa pasarnya juga meningkat.
Ada yang memiliki kebanggaan dalam mengenakan aksesoris dan kostum
bermerek terbaik, ada juga yang bercosplay untuk diri sendiri, dan
sebagian lain mendedikasikan diri untuk menyempurnakan karyanya,
layaknya seperti sebuah profesi. Bahkan, sebagian juga mencampurkan
cosplay dengan entertainment, seperti membuat video atau photobook untuk
dijual di event-event, sehingga pada akhirnya mereka mendapatkan
semacam status seperti selebriti di dunia cosplay. Selain itu juga ada
beberapa fotografer cosplay profesional yang muncul karenanya.
Begitulah kira-kira keadaan di Jepang, bagaimana dengan keadaan cosplay di Indonesia?